Desainer Grafis Mula-mula

Sedikit nyambung di postingan sebelumnya. Ternyata kisah si Uhuy membawa dampak

  1. Si Uhuy jadi punya banyak fans.
  2. Uhuy sudah bisa bilang “saya”.
  3. Gue jadi penulis komedi.

Yang berat adalah poin ketiga. Gue sebenernya orangnya serius. Situasi dan kondisi memaksa saya tak sengaja membuat Anda tertawa (bahasanya susah kan? Nah, itulah gue). Terima kasih buat temen2 yg membaca dan tertawa. Tawa Anda adalah kebahagiaan bagi kami. Harap tidak membawa karangan bunga.

————————————

Gue jadi inget waktu awal-awal jadi pekerja lepas.

Pernah suatu pagi diawali dengan telepon dari klien yang pernah gue bikinin website tour & travelnya. Alih-alih web itu buat gue bangga2in, hasilnya malah kacau krn dia utak-atik sendiri dan disulap jadi website jual kaos.

“Mas, ini gimana ya kok emailnya error?”
“Error gimana, pak?”
“Katanya the server is not accessble”
“Passwordnya sudah bener, pak?”
“Emang passwordnya apa, mas?”

Krik… krik… krik…

Nah.  Hal-hal kayak gitu mewarnai dinamika designer – klien. Ada klien yang agak-agak sombong. Dia bilang: “Saya sudah kirimkan logonya. Maaf lama. Maklum, teman saya yg bikin ini orang sibuk. Klien-kliennya skala internasional.”

Masa? Apakah sekelas Landor? Wow. Pasti keren banget ya logonya. Ini dia.

Beginikah logo standar internasional??

(Kalo ngga dikasih tau, mungkin logo itu dikirim dalam file jpeg, di-attach dalam Microsoft Word!)

Pernah juga dapet klien sok tau. “Kita akan bikin warung baru. Namanya Staducks. Jangan salah. Kita beda kok dari Starbucks. Kalo mereka jual kopi, kami jual bebek bakar. Saya sudah punya bayangan logonya. Logonya lingkaran ijo, kasih tulisan “STARDUCKS” melingker. Di dalemnya kasih lagi lingkaran item dan gambar bebek. Gampang kan? Sebentar selesai?”

Apakah begini hasilnya?

Kalo jadinya gini, tolak saja proyeknya!

Lama kelamaan ada juga klien berkualitas dan perfeksionis.

This French old lady ini cuma minta dibuatin kartu nama. Dia memeriksa hasil cetak, lembar demi lembar berbekal penggaris digital. Memeriksa adakah goresan, ukurannya udah tepat, warnanya pas, teksnya kelebihan titik dll. Muka keriputnya terangkat.

“Gimana, ma’am? Everything’s ok?”
“The paper is too thin.” Katanya santai.

Darah ini naek ke ubun-ubun. Ngga nyangka yg dikomplain malah kertasnya (dia pilih sendiri), gue kasih opsi. Diskon 40%. Rugi? Not really. Gue udah naekin harganya 300%. Gue tau kok, ma’am. Pasti elo ujung2nya minta diskon.

Awal jadi desainer memang gitu. Dapet klien yang buta banyak hal grafis. Kita kudu memposisikan diri sebagai ahli. Tapi juga ngerti mau klien. Gue punya akun twitter @xianworks. Di situ gue sharing link artikel ttg desain web dan grafis.  Sementara akun @bungiwan membahas ttg kesukaan gue di dunia maya, the sadness and happiness, dan tegor sapa gue ke temen-temen. Lebih personal lah.

Kok malah jadi promo?

About Bung Iwan

Punya tangan kiri seorang pelukis, tangan kanan seorang penulis dan imajinasi menggabungkan keduanya. View all posts by Bung Iwan

31 responses to “Desainer Grafis Mula-mula

Leave a reply to Bung Iwan Cancel reply